Heritage | Indra J Mae | February 7, 2013 at 10:14 pm
KABARKAMI. Putusnya hubungan dengan pedagang asal Jawa sekitar awal
abad ke-16 akibat adanya persaingan yang keras maka pedagang Bugis pun
leluasa memasuki daerah Toraja terutama pedagang dari Bone, Sidenreng
dan Luwu’. Para bangsawan Toraja yang banyak menyimpan bijih emas yang
ditukar dengan porselen, tenunan halus dan bentuk perhiasan emas oleh
pedagang asal Jawa menjadi daya tarik yang menggiurkan.
Masuknya pedagang asal Bugis berbarengan dengan berkembangnya
Kerajaan Bone di bawah pimpinan Arung Palakka yang menaklukkan Kerajaan –
Kerajaan kecil di daerah dataran Bugis, maka pada pertengahan abad
ke-17 (1675) pasukan Arung Palakka juga menginvasi Tondok Lepongan Bulan
dan terus menduduki daerah bagian selatan. Kedatangan invasi Bone ini
dikenal dengan “Kasaeanna To Bone”. Dengan masuknya tentara Arung
Palakka dan pedagang Bugis, mereka pun menguasai sebagian besar Tondok
Lepongan Bulan beberapa tahun lamanya.
Berkuasanya invasi BUgis ini mengakibatkan terjadi transformasi
budaya yaitu beberapa sendi budaya Bugis yang diterapkan dalam
masyarakat Toraja antara lain permainan judi dengan menggunakan Dadu dan
Kartu (Buyang), karena yang telah dikenal masyarakat Toraja adalah
Silondongan (Sabung Ayam) dan Sire’tekan (Loterei), maka judi dadu dan
kartu kemudian mulai disukai oleh bangsawan di Toraja. Disamping
menanamkan permainan judi tersebut, pengaruh dari Arung Palakka makin
kuat dan ditakuti sejak adanya perjanjian kerjasama serta persekutuan
yang diadakan oleh seorang bangsawan Toraja yaitu Pakila’ Allo atau Pong
Bu’tu Bulaan dari Randan Batu, yang bersekutu membuka tempat – tempat
perjudian dan dijaga oleh pasukan Arung Palakka.
Meluasnya daerah yang dikuasai oleh pasukan Arung Palakka dan Pakila’
Allo yang terus mengadakan arena perjudian, mulai terjadi kekacauan,
pencurian dan penekanan terhadap bangsawan yang tidak suka dengan judi.
Hal ini berlangsung beberapa tahun sehingga menimbulkan keinginan untuk
melawan pasukan Arung Palakka dengan terlebih dahulu mematahkan kekuatan
Pakila’ Allo. Ide perlawanan ini muncul dari seorang bangsawan dari
Randan Batu yaitu Pong Kalua’. Setelah Pakila’ Allo meninggal dengan
cara meracuni, maka para bangsawan kemudian menyusun kekuatan untuk
melawan pasukan Arung Palakka yang tersebar di Toraja. Persekutuan ini
dikenal dengan nama Topada tindo, tomisa’ pangimpi (persatuan yang seia
sekata, dan satu cita – cita) dengan semboyan “Misa’ Kada dipotuo,
pantan kada dipomate” (Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh) dan
perlawanan ini disebut “Untulak Buntunna Bone, Ullangda’ To Sendana
Bonga” (menentang pengaruh dan kekuasaan Bone). Persekutuan ini
dipelopori oleh 3 orang masing-masing : 1) Siambe’ Pong Kalua’ dari
Randan Batu 2) Siambe’ Pong Songgo dari Limbu, Sarira 3) Tominaa
Ne’ Sanda Kada dari Limbu sebagai juru penerangan. Berkat dukungan dan
persatuan dari bangsawan Toraja maka mereka berhasil menaklukkan dan
menghalau pasukan Arung Palakka pada tahun 1680, setelah mengadakan
perlawanan beberapa lama sampai ke daerah Bambapuang.
Sejak berakhirnya peperangan antara Topadatindo dengan pasukan Arung
Palakka, maka dalam beberapa tahun tidak ada hubungan antara Tondok
Lepongan Bulan dengan Bugis (Bone dan Sidenreng). Dengan putusnya
hubungan itu maka muncullah seorang bangsawan dari perbatasan Tondok
Lepongan Bulan di daerah selatan yang bernama Puang Kabere’. Ia
mengadakan hubungan dengan kedua daerah tersebut untuk mempertemukan
pendapat, dan membuat perdamaian hubungan antara Tondok Lepongan Bulan
dengan Bugis. Adapun perjanjian ini berbunyi “ “Dilenten Tallo’ tama
Bone tang rassak tang beluakan anna di sorong pindan tama Lepongan Bulan
tang ramban tang unnapa” Artinya : “Hubungan kedua daerah tersebut
baik dalam segala hal yaitu orang Bone bebas keluar masuk ke Toraja
demikian pula sebaliknya orang Toraja tak akan diganggu jika masuk ke
Bone” Pertemuan untuk mengadakan perjanjian tersebut diadakan di
perbatasa Toraja dengan Bugis yaitu daerah yang bernama Malua’ sehingga
perjajian ini disebut “Basse Malua’” dimana Bugis diwakili oleh utusan
raja Bone dan Arung – Arung dari Sidenreng, dan Tondok Lepongan Bulan
diwakili oleh pemimpin Topadatindo.
Sejak hubungan kedua daerah pulih kembali pada awal abad ke-18,
pedagang Bugis pun kembali masuk ke Toraja dan bangsawan Tondok Lepongan
Bulan banyak belajar pada raja di Bugis tentang hukum pemerintahan dan
ilmu perang. Mereka saling bertukar benda pusaka sebagai rasa
persaudaraan antara mereka. Bangsawan dari Tondok Lepongan Bulan juga
mengirimkan anak – anak mereka untuk belajar mempergunakan senjata –
senjata api yang telah ada di Bugis dan ini berlangsung sampai
pertengahan abad de-19. Pada saat senjata api banyak dimiliki oleh
bangsawan Tondok Lepongan Bulan maka mulailah terjadi perang saudara
dan penjualan budak yang ditukar dengan senjata api. Perang terjadi
dimana – mana diantara para bangsawan, dan membuat beberapa bangsawan
Tondok Lepongan Bulan bersekutu dengan pemimpin Bugis sekaligus
mengadakan penyewaan tentara dan alat persenjataan untuk melawan sesama
bangsawan di Tondok Lepongan Bulan. Datangnya para ahli perang Bugis ke
Tondok Lepongan Bulan atas undangan bangsawan Toraja dikenal dengan
datangnya Ande – Ande Guru di Toraja. Seorang panglima perang dari Bone
yang sangat terkenal nernama Petta Punggawae, disamping seorang dari
Sidenreng yang bernama Wa’ Situru’ yang sangat lama tinggal di Toraja
dan oleh sekutunya diberi gelar “Andi Guru”.
INDONESIA PAPUA SUMATRA BATAK JAWA MADURA MANADO RAJA AMPAT DANAU TOBA LOMBOK KALIMANTAN JAKARTA MEDAN TARAKAN SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT BALI KUTA BANGKA BELITUNG KALIMANTAN BARAT SELATAN TIMUR TENGAH ACEH CIREBON SUBANG PURWAKARTA BANDUNG
Find
Dayak
(2)
HASIL-HASIL KEBUDAYAAN TERPENTING DI INDONESIA
(1)
Hidayahtullah
(5)
Irian Jaya
(1)
kalimantan Barat
(12)
Kalimantan Selatan
(4)
Kalimantan Timur
(21)
Kelenteng
(1)
Kumala
(1)
Legenda
(1)
Papua Nugini
(1)
Pulau Bangka
(1)
Tana Toraja
(3)
Lirik Lagu
masuk ke Lirik dan Chord Lagu untuk mencari informasi tentang lirik dan chord lagu-lagu rohani .
Tuesday, September 2, 2014
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment